Jumat, 14 November 2014

SUPER JUNIOR FANFICTION: SNOW PRINCE


SNOW PRINCE


Dandelion terakhir tersapu angin musim gugur… satu-persatu benihnya menyam-bangi alam baru yang mungkin kondusif atau sebaliknya. Aaah, sejuknya angin pembawa tepal dandelion ini… membantu asam absisat menggugurkan daun-daun merah sehingga berjatuhan menutupi badan jalan dan halaman rumah. Anak-anak begitu girang bermain bersama angin. Tawaan, candaan….. yaa begitu hangatnya hidup menjadi manusia berkawan.
“Mau ku temani?” Si kembar, Donghae dan Hyuk Jae masuk ke kamar kakaknya, Yesung, yang sedang tersenyum bahagia menyaksikan tingkah bocah-bocah polos di luar gerbang rumah mereka.
“Tidak usah.” Jawab Yesung dengan terus menyibukkan matanya menonton sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama masa anak-anak, bermain bersama teman.
Hyung, suatu saat kau harus bekerja dan menikah, jadi cobalah memulai sesuatu dengan yang berbau sosial.” Saran Hyuk Jae pada Yesung.
“Hhhhhhh.” Yesung menghela nafas panjang setenang angin berhembus, “Aku tahu, itu sudah kulakukan di kampus, yaa meski terpaksa.” Tanggapnya.
“Tempat yang kau tahu hanya rumah dan kampus, sudah dua tahun kau jadi mahasiswa di kampus itu tapi tak satupun orang yang kau anggap teman. Hidup tak bisa sendiri, manusia itu mak……” Donghae menasehati Yesung, tapi belum selesai ia bicara, Yesung menyela.
“Aku tahu! Aku sadar manusia itu makhluk sosial, aku memang tak normal, dan karena ke-abnormalanku aku tak suka kalian meramaikan kamarku!.” Angin tenang itu mulai kacau, seperti biasa, ia selalu kasar dan ingin menangis jika disinggung soal kelainan psikis-nya. Matanya mulai menggenangkan air mata, Donghae dan Hyuk Jae pun kembali me-nyendirikan Yesung yang selalu sendiri.
Begitulah Yesung dalam kesehariannya, sangat pendiam, ia memiliki kelainan psikis dimana ia sulit berinteraksi dengan normal dengan orang lain, dan akan begitu panik jika berada di luar rumah, ia merasa tempat yang ia datangi selain rumah adalah berbahaya bahkan membayangkan hal-hal yang ekstrim yang dapat melepas ruhnya. Ia pun tak ingin keberadaannya diakui orang lain, ya itulah yang ia derita selama 20 tahun, Agoraphobia.
=====

Seperti halnya manusia lainnya, Yesung pun menempuh pendidikannya. Sebuah universitas yang biasa saja menjadi latar kehidupan setelah rumahnya. Kampus yang tak tenar milik paman Yesung dan si kembar HyukHae. Ya, untungnya keluarga Yesung memiliki lembaga pendidikan sehingga ia tak perlu ke SLB. Ia mengambil jurusan musik, dan asal pilih, asal sekolah, asal jalan, dan nilainya pun asal-asalan. Yang namanya musik tentu untuk dipertontonkan, ini berbanding terbalik dengan sifat seorang agoraphobia seperti Yesung. Ia tak pernah menunjukkan keahliannya selain tes tulis. Tahu kan mengapa ia bisa terus bertahan di kampus itu?
Matahari menampakkan sinar orange-nya di pagi buta ini. Yesung membuka jendela kamarnya, merasakan sambutan normal dari alam. Angin tak berubah dari ketenangannya, daun-daun menari-nari terbawa angin terebut gravitasi. Dunia buku siap menantang lelaki bermata sipit nan tajam itu.
Yesung telah rapih dengan segenap perangkat kuliahnya, satu-persatu tangga ia turuni dengan seksama. Keluarganya telah menunggu di meja makan untuk sarapan. Ia pun menempati posisinya di meja makan itu, emosinya tampak sangat normal… tunggu saja hingga ia berada di luar rumah.
“Yesung, hari ini kau berangkat dengan dongsaengmu Donghae yah!” Ayah Yesung memulai pembicaraan di meja makan itu.
Waeyo?” Yesung menghentikan kunyahan sandwich di mulutnya, baru satu kalimat yang ayahnya lontarkan, ia sudah merasa cukup tegang. Apalagi yang ia takutkan, tentunya jika di luar kebiasaan ia akan merasa takut. Yaaa biasanya ia berangkat diantar supir sekaligus bodyguard pribadinya, dan kali ini…
“Pak Yori sedang sakit, jadi tak bisa menjagamu untuk beberapa hari.” Ayah menjelaskan dengan cukup hati-hati dan terus menatap Yesung yang gelisah.
Gemetar. Tangan Yesung yang memegang garpu dan pisau gemetar. Membuat kedua logam di tangan kanan-kirinya menyentuh piringnya dan membuat suara khas beritme cepat. Ia tak berkata-kata, menelan pun sangat susah.
“Yesung…” Suara lembut disertai remasan hangat sebuah tangan keriput pada kedua tangan Yesung yang bergetar, hingga getaran itu mereda. Yesung menunduk menyem-bunyikan wajah kepanikannya.
“Tidak akan terjadi apa-apa, percayalah.” Eomma Yesung mencoba meyakinkan putra sulungnya yang jiwanya sakit itu. Yesung mengangguk pelan dan terus menunduk, mencoba melawan ketakutannya.
Beban pikiran Yesung karena hal itu membuatnya begitu lamban menyantap roti isinya. Seringkali ia terbatuk… Gerakannya lebih lambat dibandingkan saat pikirannya normal. Sikapnya dingin… sungguh beratkah hal sepele itu bagi Yesung?
Hywung aywo bwerwangkat!” Donghae begitu semangat berkecimpung di dunia buku itu. Ia bangkit dari kursinya dan membenahi posisi tas punggungnya, padahal mulutnya masih sibuk mengunyah hingga membuat pelafalannya tak jelas.
“Kosongkan dulu mulutmu paboya!” Hanya Hyuk Jae yang entah dari mana ia mendapat kata-kata kasar dilingkup keluarga sopan itu. Kedua orangtua dari tiga pangeran itu menatap Hyuk Jae menyimpulkan teguran atas ucapan Hyuk yang impolite.
Jja Yesung hyung.” Donghae menggandeng Yesung yang masih berat dengan pikirannya. Ya, agoraphobia selalu sibuk berpikir hal-hal negatif yang mungkin menimpa dirinya. Yesung bangkit, melawan pemikirannya itu. Kedua adik kembarnya telah dilatih kedua orangtua mereka untuk menyikapi kakak mereka serta untuk menguatkan niat Yesung menghindari phobianya. Rangkulan hangat pun berjatuhan di kanan-kiri pundak Yesung. Ulasan senyum positif terukir simetris di wajah tampan Yesung.
=====

Si kembar tak henti-hentinya mengobrol di dalam mobil yang dikendarai Donghae. Yesung sendirian yang duduk di belakang, tentunya untuk menghindari di ajak ngobrol. Berkali-kali Donghae dan Hyuk Jae menawari hal-hal yang menurut keduanya bahagia, dan hanya satu balasan dari Yesung, “Tidak.”
Mobil pun berhenti di sebuah kampus besar nan kokoh, Inha University. Hyuk Jae turun dan berpamitan pada kedua hyungnya. Ya meskipun kembar, ia selalu menganggap jarak lahir 5 menit itu sebagai pemberi status kalau dia adalah magnae dari 3 pangeran keluarga pimpinan Lee Kyu Hyun, ayah mereka. Tinggal mengantar Yesung, itulah tugas Donghae karena universitasnya yang paling jauh. Ketiga pangeran itu benar-benar pangeran di masing-masing kampusnya. Hyuk Jae sang pangeran seni, bisa segala dalam hal seni musik. Donghae sang pangeran angel, parasnya bagai malaikat begitupun hatinya, wajahnya seakan-akan selalu tersenyum bahagia sekalipun tidur, ia menjadi kiblat para yeoja dalam menjadi sosok pendamping hidup. Dan Yesung sang pangeran salju. Begitu tampan, tapi sangat dingin, begitu dinginnya hingga tak bisa disentuh, begitu dinginnya hingga orang lain tak mau di dekatnya, begitu dingin sikapnya karena ia takut pada siapapun selain keluarganya.
“Yesung hyung aku harus ke kampusku, jadi aku tinggal ya.” Sudah beberapa menit lalu Donghae selesai dengan tugasnya, hanya saja Yesung menolak ditinggal sendiri. Ya ia selalu merasa sendiri di keramaian mahasiswa sekitarnya. Pak Yori ditugaskan Kyu Hyun untuk terus menemani Yesung sekalipun saat di kelas, ia harus berada tepat di depan kelas itu.
“Antar aku dulu masuk kelas.” Pinta Yesung memelas pada adik tapi berperan sebagai kakaknya itu.
“Baiklah, kajja.” Donghae menggandeng erat jemari Yesung, berharap suasana hati dan pikiran hyungnya itu kembali tenang. Keduanya berjalan beriringan menuju ruang kelas. Sepanjang jalan sorot mata tertuju pada keduanya, membuat Yesung semakin gelisah dan hanya bisa berjalan menunduk. Pangeran dan pangeran itu menarik perhatian semua orang, tentu karena keduanya adalah keluarga pemilik lembaga yang menjejali mereka ilmu.
“Kesini dulu.” Yesung mengarahkan Donghae yang menggandengnya menuju lemari-lemari kecil alias loker. Ia mengeluarkan kunci, dan loker pun terbuka. Ia memegang sesuatu yang bukan tujuannya, sepucuk surat beramplop putih bersih. Rasa takut kembali menyambarnya.
“Apa itu? Surat?” Donghae bertanya, Yesung hanya diam memegang surat itu. “Boleh kulihat?” Yesung menyerahkan surat itu pada Donghae dan suratpun dibaca Donghae. Senyum, senyum geli atau takjub atau senang atau entahlah… itulah reaksi Donghae membaca surat itu.
“Ada apa dongsaeng?” Yesung bertanya heran.
Donghae tertawa kecil. “Kau punya fans hyung!” Donghae mengatakan hal yang membuatnya senyum-senyum itu.
“Ahh coba kulihat.” Yesung merampas surat itu dari tangan Donghae, dan reaksi-nya sama dengan Donghae. Senyum-senyum geli dan manis. PDmeter-nya seakan-akan naik 50 kali dari sebelumnya.
“Ciee.” Donghae menggoda kakaknya.
Mwo?... Sudah sana ke kampusmu nanti kau telat.” Ucap Yesung yang rasa takutnya terganti rasa malu dan bersemi kehangatan di jiwanya hingga memerahkan pipi chubby-nya.
Mworago?” Donghae begitu tak percaya dengan ucapan hyungnya yang begitu percaya diri dan berani padahal belum sampai ia mengantar Yesung ke ruang kelas. Tak salah dengar kah? Pikirnya.
“Kubilang sana kau ke kampusmu nanti kau telat.” Yesung mengulangi kata-katanya. Donghae tersenyum semakin lebar melihat kakaknya ada kemajuan.
Ne, aku pergi. Ingat, semua akan baik-baik saja. Kalau ada apa-apa jangan ragu menghubungiku, Hyuk Jae, atau appah dan eomma.” Itulah pesan Donghae, meniru pesan ibunya ketika membiarkan Yesung berada di tempat lain selain rumah.
“Iya… gomawo.” Yesung begitu senang pada sikap perhatian dongsaengnya itu.
Cheonma. Sana masuk kelas, aku akan pergi setelah kau benar-benar sudah berada di kelas.” Donghae kembali perhatian, Yesung begitu tenang meskipun ditinggal ia merasa Donghae mampu menggantikan sosok sang bodyguard. Yesung berlari kecil menuju ruang kelasnya diiringi senyum bahagia dan lambaian tangan Donghae.
Untuk pertama kalinya, Yesung di kampus tanpa Pak Yori. Hanya Pak Yori yang bisa mengajaknya bicara, bersikap tenang, memilihkan kegiatan seperti ke perpustakaan, ke kantin dan menemaninya saat ada dosen yang mengharuskannya tampil di depan kelas. Dan hari ini… Yesung sendiri.
Ia duduk paling belakang di kelasnya yang sepi, hanya satu orang yang tak ia kenal duduk di kelas itu. Mata kuliah dimulai 30 menit lagi, rasa cemas kembali menghantuinya. Ia mencoba menenangkan diri dengan mengingat-ingat perkataan Donghae, ‘semua akan baik-baik saja.’
Derrt..derrrt…derrt…
SMS masuk di ponselnya, from Angel Prince: Hyung, jika kau cemas… pegang dan bacalah surat dari fansmu itu, aku yakin kau akan tenang. Kalau saja aku yang mendapat surat itu, aku pasti akan senang hingga tak bisa tidur. Snow Prince, salju bukan berarti tanpa kehangatan kan? Hehe… fighting!!
Donghae sungguh memberi penyemangat, Yesung tersenyum kecil, ia membuka kembali surat yang ia temukan di lokernya itu… Senyumnya melebar, susunan indah gigi putihnya pun tampak. Sungguh mempesona ia saat ini….
CEKREK… CEKREK… CEKREK…
Seseorang di kelas itu dengan sigapnya tak mau hilang kesempatan mengambil pose istimewa Yesung… Senyum yang luar biasa indah. Yesung kembali diam dan… menunduk.
“Hei, tunjukkan lagi wajah tadi. Kau sangat…. tampan.” Seorang gadis duduk di samping kursinya, dengan sedikit malu ia memuji Yesung. Memandangi intens wajah Yesung yang tertunduk. Bukankah saat ini ia sedang mendapat perlakuan spesial dari lawan jenis? Entahlah apa yang dipikirkan Yesung, yang pasti degup jantungnya menjadi tak karuan. Hawa panas pun muncul dari dadanya merambah ke kepalanya hingga terlihat jelas wajahnya memerah, dia tak lagi dingin. Salju… mencairkah?
Yesung mulai merespon seseorang di sampingnya itu, dimulai dari berdehem dan mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan gadis itu pun mengikuti gerakan wajah Yesung yang sedikit demi sedikit terangkat.
Anyeong. Jeoneun Park Hyae Sha imnida.” Gadis itu meyodorkan tangannya.
“Lee Yesung.” Dengan gugup Yesung membalas, mereka bersalaman.
“Mengapa tanganmu dingin sekali? Kau sakit Yesung sunbae?” Begitulah Yesung, jika ia gugup atau takut, suhu tubuhnya menurun drastis meskipun cuaca panas.
Aniya.” Yesung sulit berkata panjang lebar, padahal ia sangat ingin bicara banyak dengan orang lain, hanya saja ia tak mampu mensinkronkan kemauan dengan motoriknya.
“Aku mahasiwa jurusan fotografer di kampus ini, aku hanya iseng masuk ke kelasmu tapi aku malah mendapat pemandangan indah di sini.” Hyae Sha hendak mengajak Yesung mengobrol tapi Yesung hanya diam.
“Hei, lihat ini. Ekspresi yang sangat natural, dan karakter wajahmu begitu berkharisma.” Hyae Sha menunjukkan foto Yesung yang tadi ia ambil dengan camdig-nya.
“Itu aku?” Yesung mendekatkan matanya ke kamera itu.
“Tentu saja, kau ini bagaimana? Masa tidak tahu wajah sendiri.” Oceh Hyae Sha.
Begitu panglingnya Yesung dengan wajahnya sendiri, senyuman lepas menghiasi wajahnya. Ia begitu tampan di foto itu. Tampan melebihi sang Angel Prince. ‘Sungguhkah itu aku?’ katanya dalam hati. Ya benar itu kau Yesung. Tak sadarkah kau begitu tampan saat tersenyum bahagia. Dan melihat fotomu yang sedang tersenyum menawan, kau mengulangi senyuman itu lagi dihadapan Hyae Sha yang baru kau kenal, tahu kah kau senyuman itu mematikan? Mematikan hati setiap wanita yang melihatnya, dan baru ada satu wanita selain ibumu yang melihat itu… Hyae Sha.
Yesung begitu terpana pada fotonya di camdig Hyae Sha.
“Kau mau lihat yang lain?” Hyae Sha menyerahkan penuh camdignya ke Yesung.
Next… Yesung menekan tombol untuk menampilkan gambar selanjutnya. Dilihatnya fotonya dengan pose yang sama, senyumnya jadi semakin tahan lama bahkan tubuhnya terguncang karena tertawa kecil. Yesung yang menawan… tak sadar dia kalau Hyae Sha memperhatikannya intens, gadis itu menyangga kepalanya dengan satu tangan dan raut wajah yang terpesona.
Next… gambar selanjutnya masih dengan pose yang sama…
Next… gambar selanjutnya lagi membuat Yesung heran.
Next… Yesung semakin tak mengerti….
Next…. Senyum Yesung benar-benar pudar, ia mengerutkan alis-nya melihat gambar itu.
Next… Hyae Sha menyadari Yesung terlalu jauh melihat hasil jepretannya… dan
Next… tak sempat Yesung melihatnya Hyae Sha langsung menyambar camdignya dan salting, ia bangkit tersipu malu. Wajahnya yang merona merah ditatap heran oleh Yesung.
Mianhae sunbae, aku harus pergi. Nanti kapan-kapan kita ngobrol lagi ya.” Hyae Sha cukup gugup, ia berlari panik hingga menyenggol banyak kursi di kelas itu. Aaah, lihatlah, Yesung tersenyum lagi melihat tingkah Hyae Sha.
Satu persatu mahasiswa masuk memenuhi ruang kelas. Bagaimanakah Yesung? Ia tetap tersenyum dengan sedikit tertawa. Wow… ini pemandangan langka, kelas itu seakan dapat suasana baru, apalagi para yeoja, semua setuju jika saat ini Yesung terlihat sangat tampan. Tahu dirinya diperhatikan, Yesung kembali beku, dingin dan kaku.

Yesung pov
Baru kali ini ada seseorang di kampus yang membuatku begitu senang, dia itu kenapa? Kenapa ia menyimpan foto-fotoku? Saat ia mengambil fotoku di kelas, aku tak curiga apapun karena dia seorang fotografer. Tapi saat ku lihat koleksi fotonya, mengapa semuanya fotoku? Sedang duduk… berdiri... melamun (?)… berbagai ekspresi dan berbagai kostum… ini jelas tidak di ambil dalam satu hari. Berarti bukan kali ini saja dia mempotret-ku. Apa maksud semua ini? Apa aku berani menanyakannya?... Aigo, aku jadi tak fokus pada belajarku, mengapa terus memikirkan dia… Park Hyae Sha.
2 jam berlalu, kelas pertamaku berakhir… satu kelas lagi tapi 1 jam mendatang. Apa yang harus kulakukan? Andai Pak Yori di sini, ia pasti mengajakku ke kantin atau sekedar menemaniku mengobrol… Haaah, sekarang bagaimana? Aku sendirian di kelas.
Yesung pov end

“Yesung! Fotomu terpampang di pameran mahasiswa fotografi dan menjadi on top. Mau lihat tidak? Narang gatchi gajja!.” Salah satu classmate Yesung, Kim Young Woon sebut saja Kangin sengaja memberitahu Yesung akan hal ini, dan baru kali ini Yesung menerima ajakan hanya untuk menonton. Mungkin ia penasaran, apa fotonya yang tadi di ambil Hyae Sha dipajang?
Yesung terkejut gambarnya di close up begitu jelas pada kertas foto ukuran A3. Dalam foto itu Yesung mengenakan kemeja kota-kotak yang tidak dikancing sehingga kaos hitam polosnya terlihat. Ia sedang memainkan violin di tengah padang bunga yang indah dengan raut wajah begitu bahagia. Di tambah efek hembusan angin yang mengibaskan pakaian dan rambutnya, dan foto itu di ambil dari sela-sela rerumputan, terlihat jelas dari rumput yang menghalangi foto itu. Foto sederhana yang bermakna begitu tenang dan damai.
Yesung lemas berada di pameran itu, ia menjadi center of view di sana. Setidak-nya ia telah menghabiskan waktu senggangnya. Penuh perhatian, di hari pameran.

Yesung pov
Aku sangat ingin pulang. Sudah tak tahan lagi berlama-lama di sini. Donghae-ah kenapa lama sekali menjemputku? Sudah ku SMS semuanya, Angel prince, Art Prince, dan appah dan eomma. Mereka semua membalas… ‘Tunggu Donghae, jangan kemana-mana.’ Pameran itu, gadis itu, foto-foto itu… sibuk aku memikirkan itu semua. Siapa yang mengambil fotoku saat itu? Saat dimana aku berada di tempat favoritku yang kupikir tidak ada orang yang tahu selain Pak Yori. Padang bunga itu… pelarianku saat senggang di kampus, Pak Yori yang menunjukkanku tempat itu, tepat 100 m dari kampusku. Aku biasa memainkan instrumen terutama gitar dan violin di sana, ya tentunya agar tak ada yang tahu. Aku tak berani jika tampil dihadapan orang lain selain Pak Yori, untuk itu aku selalu ke padang itu untuk bersenang-senang, bernyanyi, bermain instrumen, mengkomposisi lagu bahkan dance…. Dan sekarang, hal itu tidak bisa kulakukan lagi karena padang itu bukan rahasiaku lagi. Dimana lagi aku bersenang-senang?
Saat ini aku menunggu Angel Prince, julukan yang diberikan si cerewet Hyuk Jae yang ngakunya Art Prince. Aku suka lebih suka julukan mereka dibanding nama aslinya… dan aku… Snow Prince. Ah ada-ada saja, prince apanya?
Aigo, sudah hampir 30 menit aku duduk di sudut taman kampus terpaku menunggu Donghae. Membuatku panik saja… Dudukku mulai tak tenang, tanganku mulai gemetar. Omo! Kumohon jangan bergetar di kampus… aku takut dilihat orang.
“Snow Priiiiince!!” Hah Donghae memanggilku dengan julukan itu di keramaian kampus, haduh aku tak tahan malu, malu berat. Tap…tap…tap… langkah Donghae menghampiriku yang tertunduk lesu akibat ulahnya. “Tadi kulihat fotomu di pameran, itu sangat keren. Aku memfotonya, akan kutunjukkan pada appah dan eomma.” Donghaeeee… kau ini semakin membuatku malu, menunjukkan foto itu pada orangtuaku… Hah bodoh aku ini, benar harus ditunjukkan. Aku harus melawan phobia ini… “Hyung kau kenapa?” Tak merasa bersalah ia rupanya, panggilan itu sungguh menyesakkan dada.
Aniya. Ayo pulang!”
=====

Kuhempaskan tubuhku ke kasur yang nyaman ini… di tempat terbaikku, kamarku. Membiarkan Donghae memamerkan fotoku yang membuatku menahan malu di depan keluargaku sendiri. Aku ingat Park Hyae Sha… ia begitu lucu saat itu, membuatku tersenyum geli. Aku bangkit dan duduk di depan cermin kecil yang tersedia di kamarku yang kugunakan seperlunya… dan kali ini aku memandangi detail lekukan wajahku dengan berbagai ekspresi dan saat senyum aku merasa paling tampan sedunia. Hahaha… aku tertawa sendiri, Hyae Sha menyadarkanku bahwa aku mampu menjadi sorotan umum padahal aku tak melakukan apa-apa. Baru kali ini… rasanya indah, membayangkan perhatian positif orang-orang padaku.
Aaaah aku kembali menghempas tubuhku di kasur. Jika ku pikir baik-baik… Hyae Sha mempotretku setiap saat, apa ku spesial untuknya? Apa aku menarik? Apa dia suka diri ini? Aissh yang terakhir itu kejauhan. Aku pun pulas… dengan tersenyum.
=====
Hari kedua aku sendiri di kampus tanpa Pak Yori, seperti biasa Donghae mengan-tarku hingga kelas. LAGI… Kutemukan surat berpenampilan seperti kemarin di lokerku, tapi bukan hanya surat. Ku ambil yang lainnya, coklat! Coklat! Dan aigo… puluhan lembar fotoku…. 
Yesung pov end

Yesung dan Donghae tersentak kaget, Donghae jadi lebih lama menemani Yesung di kampus. Mereka memilih taman kampus yang masih cukup sepi untuk melihat foto-foto itu. Yesung… sepertinya benar-benar punya fans.
“Kau manis seperti coklat.” Donghae mengeraskan suaranya saat membaca peng-galan surat itu dan tertawa kecil. Yesung tersipu malu… wajahnya memerah.
“Menurutmu apa maksud semua ini?” Yakk dasar Yesung, menerka begini saja harus meminta pendapat orang lain.
“Surat, coklat, foto-foto… Hmm lebih dari fans. Akhirnya hyung punya L.O.V.E.” Donghae begitu seksama mengucapkannya, bertatapan dengan  Yesung. Lihat Yesung men-dengar kata cinta… meskipun ragu-ragu, senyumnya mengembang.
“Ekhm ekhm.” Doghae berdehem.
“Apa ada yang suka namja sepertiku?” Yesung pesimis dengan kemungkinan cintanya itu.
“Kenapa tidak?” CEKREK..CEKREK… Suara jepretan kamera kembali terdengar, memecah obrolan kakak beradik itu.
“Ada yang memfoto kita hyung.” Donghae tak diam, ia bangkit menuju sumber suara sepertinya di balik pagar tanaman perdu yang membatasi taman itu. Seseorang berlari menghindari Donghae… entah kemana.
Hyung,  dia seorang wanita.” Donghae kembali duduk ke tempat semula.
“Aku tahu.” Balas Yesung begitu simpel, senyumnya mengembang lagi.
“Siapa? Aaaaa benar ada sesuatu.” Donghae memojokkan kakaknya.
“Issh kau ini.” Yesung menendang pelan kaki Donghae, perasaannya jadi tak karuan, senang bercampur takut dan panik.
“Ya sudah simpan ini semua, aku minta 1 coklatmu ya.” Donghae membereskan foto-foto dan surat kakaknya, bersiap ke kampusnya ia tak mau membuat kakaknya bad mood.
“Nanti kau menjemputku tidak?” Yesung sudah gelisah membayangkan waktu pulangnya mundur seperti kemarin.
Ne, tinggal tunggu saja. Ayo kuantar ke kelas.” Yesung merapihkan tasnya dan bersiap masuk kelas. Seperti biasa, Donghae hanya akan pergi setelah Yesung benar-benar masuk kelas.
=====

Surat pertama:
Hai… aku penggemar rahasiamu… Sudah cukup lama aku mengagumimu, suatu saat aku ingin mengobrol banyak dengan pendiam sepertimu. Aku tahu kau agora-phobia, tapi aku tetap mengagumi semua yang ada padamu.
Salam hangat dari pengagummu…… ^^
Surat kedua:
Aku semakin kagum atau lebih… Wajahmu, suaramu, lagumu, musikmu… sungguh indah. Ini persembahan dariku, foto-fotomu yang setiap hari kupandangi. Kau harus tahu kau itu istimewa dari yang lain… Kau harus tunjukkan keistimewaanmu, dan tentunya padaku… Hehe J Aku harap kita bisa segera saling mengenal.

Susunan kata yang sederhana tapi membuat Yesung begitu berbunga-bunga, diakui ia memang GR tapi memang tak salah kaprah. Surat itu membuatnya insomnia. Hari yang penuh senyuman semenjak surat itu ia terima… Hyae Sha kah? Mungkin Yesung sudah menebak kalau pemberi surat itu adalah Hyae Sha. Hmmm perlukah kujelaskan kalau seorang agoraphobia memiliki sensitivitas yang sangat peka.
=====

Ada bisik-bisik di pagi ini…. Kyaaa Donghae membocorkan semua soal ‘fans’ Yesung pada keluarganya, hah ini bahaya… kalau Yesung tahu pasti ia tak mau sekolah lagi. Yap harus benar-benar rapih menyimpan rahasia ini.
Masih berangkat bersama 3 pangeran ini… Sebenarnya Pak Yori sudah siap jasa, mengingat Yesung ada kemajuan, ayahnya tak mau ia terus-menerus dikawal. Jadi, pura-pura saja Pak Yori masih sakit. Jalanan masih sepi, ya biasa trio prince itu selalu berangkat lebih awal… rajinnyaaaa…
Sssstsstttt… Donghae mengerem mendadak mobilnya, hingga penumpang di dalamnya terjengklak.
“Kita dihadang.” Donghae panik, apalagi Yesung… sudah hampir menangis dia.
“Siapa mereka?” Hyuk Jae ikut tak tenang.
“Hmm… mereka menganggapku musuhnya karena pesonaku di kampus mengalah-kan mereka.” Donghae masih sempat-sempatnya pamer dalam kesempitan.
Salah satu dari 3 orang yang menghadang mobil 3 pangeran mengetuk dengan kasar kaca mobil itu dan menyuruh penumpangnya keluar.
“Bagaimana?” Yesung sangat gemetar di kursi belakang.
“Mereka urusanku. Hyuk kau jaga Yesung hyung.” Donghae pun meladeni ketiga namja yang menghadang mereka, kedua saudaranya mengawasi dari dalam mobil, terlihat terjadi perdebatan sengit. Bug..bug..bug… Donghae dihajar ketiga orang itu.
“Haa!! Donghae hyung dikeroyok.” Hyuk spontan keluar mobil dan bermaksud menolong kembarannya. Hasilnya… malah dia juga ikut dihajar. Perkelahian cukup sengit, 2 lawan 3.
“Yesung hyuuung, toloooong!.” Hyuk berteriak histeris dan hanya Yesung yang ada selain mereka.
Dingin hingga beku sekujur tubuh Yesung… ia tak tega melihat si kembar dipukuli tapi tubuhnya sendiri di bawah pengaruh phobia berlebih, kaku dan gemetar. Saking gemetar-nya memencet HP pun tak bisa. Ia menelpon ayahnya namun terlalu lama tak ada jawaban… Si kembar semakin lemah… dan terus dipukuli.
Ya dengan menahan begitu dalamnya rasa takut Yesung membuka pintu mobil dan baru dua langkah ia keluar… ia pingsan. Untunglah tak lama banyak mahasiswa yang melintasi daerah itu sehingga si kembar tak berlarut-larut merasakan hantaman. Dan sekarang, ketiga prince itu sekarang dilarikan ke rumah sakit.

Sejak kejadian itu Yesung sama sekali tak mau keluar kamar, ia hanya meringkuk di kasurnya. Menangis, menjerit, seperti tak waras… Psikolog ya ia butuh psikiater. Kim Kibum nama psikiater itu.
“Kamarmu rapih, jelas-jelas kau pribadi yang apik. Akan kubuat pribadimu menjadi semakin istimewa, kau mau kan?” Kibum pedekate dengan pasiennya yang duduk memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya. Getaran tubuhnya terlihat jelas, telapak tangan dan kaki yang putih bersih bersuhu di bawah normal. Yesung tak merespon sedikitpun ucapan psikiater di sampingnya tapi dalam hati kecilnya ia menginginkan kesembuhan.
“Kau pasti ingin sembuh kan? Kalau begitu di mulai dari… apa film favoritmu?” Kibum kembali tak dihiraukan Yesung.
“Aaah kau yang sediam ini saja punya penggemar apalagi jika kau periang.” Kibum memancing suasana. Yesung bergeming, menegakkan kepalanya, tatapan tajam dari mata sembabnya begitu menusuk.
“Pergiii!!” Ia berteriak parau dengan suara bass-nya.
“Yang kau butuhkan itu cinta, dan cinta itu datang padamu tanpa kau minta. Manusia tak bisa menolak cinta sekalipun ia cacat.”
“Aarrrgh! Pergiii!!” Teriak Yesung lagi, ia geram pada namja di depannya.
“Kau sadar? Semua orang mencintaimu untuk itu mereka tak melukaimu, mereka semua diam padamu karena takut melukaimu.”
“Aaaarrgh hentikaaannn!” Yesung semakin duduk meringkuk menutup erat kedua telinganya dengan kedua tangannya, begitu panaskah ucapan Kibum?
“Lee Yesung… Orangtua, adik kembarmu, keluargamu, temanmu, pendidikmu, Pak Yori, dan aku… sudah membuktikan kalau kami mencintaimu dengan mengajakmu bicara, buktikan kalau kau juga cinta pada mereka, bahasa adalah cara manusia untuk hidup.”
“AAAA!” Yesung menjerit hingga mendongakkan kepalanya, tangannya menjambak rambut hitam pekatnya lalu menangis sejadi-jadinya. Terus menangis hingga ia lelah, sebuah batang coklat pun disodorkan padanya. Yesung diam melihat coklat itu, matanya beranjak menyusuri tangan pembawa coklat itu hingga dilihatnya wajah riang Angel Prince yang selalu membuatnya iri. Coklat dari fansnya itu berhasil menenangkannya… Kibum pun dengan tenang meneruskan sugestinya.
=====

“HyukHae, ingat kalian harus membantu melancarkan aksiku.” Yesung kini di mobil bersama si kembar, ia duduk di kursi depan.
“Ah bahasamu hyung.” Ucap Hyuk  Jae yang duduk di kursi belakang.
Donghae tertawa kecil…, “Tenang saja, semua sudah matang.” Ujarnya.
Tak lagi Yesung dikawal, auranya kini sebening air salju mencair. Satu persatu sedikit demi sedikit ia menyapa dan disapa kawan-kawannya di kampus. Sembuhkah dia? Belum. Hanya lebih baik… kesadaran, dukungan, dan cinta… bersatu mengikis phobianya. Hari ini ia ingin membuktikan pada fansnya, bahwa benar adanya jika ‘Aku, Lee Yesung adalah istimewa.’
Tiga hari ia tak masuk kuliah. Surat, coklat dan foto bertumpuk di lokernya. Kali ini Donghae langsung meninggalkannya. Senyum, senyum, dan tersenyum. Sepanjang hari Yesung riang. Ia mengacungkan tangannya untuk yang pertama kali di kelas, membuat teman-teman dan dosennya kaget, meskipun masih tersenggal dalam berbicara banyak, Yesung berusaha… Ia begitu merasakan cinta dari teman-temannya yang mendukung kemauannya untuk maju.

Terimakasih telah mengagumiku. Berkat kau, aku sadar bahwa aku ini istimewa. Maukah kau melihat keistimewaannku? Kumohon datang ke padang bunga itu jam 3 sore ini, dan jangan lupa bawa kameramu. J

Yesung membalas surat dari fansnya, ia begitu yakin jika itu adalah Hyae Sha. Untuk pertama kalinya ia menginjakkan kakinya ke gedung perkuliahan lain selain musik, ya tentunya untuk meletakkan surat itu ke sebuah loker. Nekat… ya, hanya bermodal nekat.
=====

Angin berhembus damai… ilalang menari serempak di padang bunga ilalang itu. Terlihat 3 namja maha tampan stand by di sana dengan pakaian ala kondangan, berjas dan dasi yang dipasang trendy. Art prince, Angel prince, dan Snow prince… alat musik menyertai mereka. Gitar, piano, dan violin.
“Sudah jam 3 lebih 10 menit, kau yakin dia datang?” Hyuk Jae menangkap raut gelisah dari Yesung yang terus berdiri terpaku memandangi jalan setapak yang mengarah ke padang bunga itu. Kekecewaan terburu-buru ia rasakan, Yesung menyerah memandangi jalan itu dan berbalik membelakangi jalan itu. Menunduk memendam rasa kecewanya karena sosok yang ia nanti tak kunjung datang.
“Apa dia yang kau maksud?” Donghae menunjuk seseorang yang tengah berlari terengah-engah menuju ke arah mereka. Yesung tersenyum lebar, ia melambaikan tangan… Show pun dimulai…….
“Terimakasih telah datang. Silahkan menikmati keistimewaanku… spesial untuk fansku, Park Hyae Sha.” Yesung membuat gadis itu tersambar petir bahagia atas kata spesial-nya. Yesung memainkan piano memulai show… diiringi suara dawai violin oleh Donghae dan gitar oleh Hyuk Jae, saudara kembarnya.
♪♫  Oneuldo nae giogeul ttara hemaeda
       I gil kketeseo seoseongineun na
       Dasin bol sudo eomneun niga nareul butjaba
       Naneun tto i gireul mutneunda
Neol bogosipdago
Ddo angosipdago…
Jeo haneul bumyeo kidohaneun nal
Niga animyeon andwae
Neo eobsin nan andwae
Na ireoke haru handareul tto illyeoneul
Na apado joha
Nae mam dachyeodo joha nan
Geurae nan neo hanaman saranghanikka
Na dubeon dasineun, ponaelsuoptago
Na nerorel ijgosalsuopdago
♪♫

Yesung melantunkan lagunya, It Has To Be You dengan begitu sempurna. Suara termerdu yang pernah Hyae Sha dengar. Di akhir lagu itu… Yesung tepat berdiri di hadapan Hyae Sha, perlahan ia menyerahkan sekuntum mawar merah. Hyae Sha tak bisa berkata apa-apa, dia terpaku dengan mata berkaca-kaca menatap mata tajam Yesung. Yesung tersenyum, kalimat termanis keluar mesra dari bibir indah Yesung, “Park Hyae Sha, naega saranghal saram nan, geurae nan neo hanamyeon chungbunhanikka.”
Spontan Hyae Sha lemas dan BRUKK, dia pingsan dihadapan Yesung. “Aigo! Kenapa pingsan sih??” Yesung panik dibuatnya. Ia menepuk-nepuk pipi Hyae Sha berusaha membangunkannya.
“Jangan-jangan dia punya kelainan yang sama dengan Yesung hyung.” Celoteh Hyuk Jae. Yesung berpikir, ‘Benarkah?” Seulas senyum mewarnai kehangatan wajah Yesung. Kenapa Yesung malah senang jika Hyae Sha sama sepertinya?

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar